Sidoarjo (Pinmas) —- Menteri Agama mengaku bahwa performance pendidikan Islam masih belum memuaskan. Meski terus melakukan pembenahan, Menag merasa pendidikan Islam belum bisa dibanggakan.
“Kementerian Agama sebagai salah satu pengelola pendidikan, mempunyai tanggungjawab besar untuk mempersiapkan generasi masa depan Indonesia. Saya belum puas dengan performance pendidikan kita, baik PTN, PTS, pondok pesantren, madrasah, dan lainnya,” terang Menag ketika menjadi narasumber pada Rapat Koordinasi Pimpinan PTAI bersama Kementerian Agama dan Penandatanganan Pakta Integritas Peserta Sertifikasi Dosen yang lulus Tahun 2013, di Sidoarjo, Jatim, Senin (17/03).
“Meski kita telah berbenah di berbagai macam lini, saya merasa ada sesuatu yang belum dapat dibanggakan” terang Menag.
Hadir dalam rapat tersebut, Dirjen Pendis Nur Syam, Direktur Pendidikan Diniyah dan Ponpes Ace Saefuddin, para Rektor/Ketua PTAIN/S dan para Ketua Yayasan PTAISe-Indonesia.
Di hadapan para dosen PTAIS, Menag mengaku terus berusaha maksimal untuk menghilangkan paradigm pendidikan agama dan keagamaan, terutama tentang adanya dikotomi ilmu. “Mari kita hilangkan dikotomi ilmu. Landasan dan dasar keilmuan kita adalah Al-Qur’an dan Hadits. Di sana, tidak hanya membahas ilmu-ilmu agama, tidak sekedar mempelajari fiqih dan ushul fiqh, namun mempelajari apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang berada di bumi,” ujar Menag.
Menag menyayangkan, banyak ayat-ayat al-Qur’an yang belum ditelaah dan dipelajari. “Qur’an dan Hadits yang ada, masih banyak yang belum kita maknai dan pelajari. Ayat Qur’an misalnya, baru 200-an ayat yang diteliti secara mendalam. Betapa masih miskin kita dalam menterjemahkan dan mempelajari Qur’an,” kata Menag.
Menag juga berkisah tentang pertemuannya dengan Wakil Presiden dan Menteri Republik Islam Iran. Menag merasa salut dengan perkembangan dan pembangunan di negeri para Mullah tersebut, karena mampu mandiri dan berdiri dengan kaki sendiri. Menurut Menag, rakyat Iran mempunyai kepribadian jelas dan tidak mau tunduk pada asing.
“Kini negara anda memiliki teknologi tinggi, mempunyai satelit, mampu membuat rudal, bahkan mampu mengendalikan pesawat tanpa awak asing yang mencoba masuk wilayah Iran,” terang Menag mengulang kisah pertemuan saat itu.
“Kami mempelajari isi al-Qur’an,” Jawab Menlu Iran singkat.
Menag pun mengajak kepada civitas akademika PTAI untuk lebih giat dalam mempelajari Al-Qur’an. “Mari, kita pelajari kitab suci kita,” tandas Menag.
Menag berharap, Ditjen Pendis segera mengadakan Rakornas Pendidikan Islam yang akan mendiskusikan cetak biru Pendidikan Islam sepuluh atau bahkan dua puluh tahun yang akan datang. “Tujuannya untuk mencari dan meletakkan landasan pendidikan kita itu mau ke mana dan kualitas apa yang ingin dicapai,” seru Menag.
Sebelumnya, Koordinator Kopertais Wialayah IV yang juga Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Abd A’la mengatakan bahwa koordinasi ini dititikberatkan pada mencari solusi, agar ke depan PTAIN/S mampu mencetak lulusan berkualitas.
“Kita membutuhkan pimpinan yang sevisi, agar komitmen Menag tentang kualitas PTAI terus berjalan. Komitmen ini akan kita kawal bersama-sama, agar ke depanPTAI benar-benar mampu menjadi PT yang berkualitas dan menjadi primadona” tegas A’la.
A’la menerangkan sedikit tentang alih status STAIN ke IAIN dan IAIN ke UIN. “Ini sesuatu yang luar biasa dan harus kita lanjutkan” terang A’la. (G-penk/mkd/mkd)
sumber : www.kemenag.go.id