Banjar
(Pinmas) —- Sistem pendidikan yang banyak diterapkan di lembaga edukasi agama
masih “pincang”. Karena itu, Kementerian Agama (Kemenag) terus melakukan
pembenahan agar ke depan para sarjana Muslim mampu menjawab tantangan
zaman.
“Jadi,
jangan mendikotomikan ilmu umum dan agama. Karena, itu membuat system
pendidikan kita menjadi ‘pincang’. Sebab, Al-Quran adalah sumber ilmu
pengetahuan yang komprehensif yang tidak membeda-bedakan ilmu pengetahuan,”
ujar Menteri Agama Suryadharma Ali (SDA)saat menghadiri
wisuda mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Huda Al-Azhar (STAIMA), Kota Banjar, Jawa Barat, Selasa (25/3).
Hadir
antara lain, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Prof Nur Syam, Kepala Kanwil
Kemenag Jabar Saeroji, Koordinator Kopertais Wilayah II Jabar-Banten yang juga
Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Prof Deddy Ismatullah, dan Ketua STAIMA Kota
Banjar KH Munawir Abdurrohhim.
Menag
mengatakan, Kemenag tak henti berupaya meningkatkan status perguruan tinggi
Islam, seperti dari sekolah tinggi menjadi institut, dan dari institut ke
universitas.
Seiring
penambahan jumlah penduduk dan arus deras globalisasi, Menag mengingatkan
lembaga pendidikan Islam agar mengoptimalkan kualitas. Dengan standar mutu yang
baik, maka minat orang tua atau calon pelajar dan mahasiswa untuk menempuh
studi di instutusi edukasi Islam juga meningkat.
“Beberapa
tahun terakhir, mahasiswa yang mendaftar melalui sistem penerimaan mahasiswa
baru (SPMB) naik drastis. Ini pertanda perguruan tinggi
Islam semakin diminati masyarakat,” ujar mantan Menkop dan UKM ini.
Untuk
mengantisipasi hal itu, tutur Menag, harus dibarengi peningkatan kamampuan
lembaga pendidikan Islam melayani mereka bukan saja pada bidang studi agama,
tetapi juga program studi (prodi) lainnya. “Kepercayaan ini tentu meningkatkan
pemerataan akses yang menjadi salah satu pilarpembangunan pendidikan tinggi
secara nasional,” ucap Menag.
Menurut
Menag, ketersediaan beragam pilihan bidang studi di lembaga pendidikan
agama, pembukaan prodi umum yang terintegrasi dengan kajian keagamaan terutama
di Universitas Islam Negeri (UIN), semakin mempersempit
dikotomi keilmuan yang selama ini dirasakan masyarakat. “Pola integrasi ini
pula yang menjadi ciri khas atau distingsi sekaligus competitive advantage
perguruan agama Islam negeri (PTAIN) dibandingkan
perguruan tinggi lain,” kata Menag.
Data
Kemenag menyebutkan, ada 618 lembaga yang terdiri atas 53 PTAIN, dan 565 perguruan tinggi agama Islam swasta (PTAIS). Dirjen Pendis Nur Syam menyebutkan, kini ada 23
institusi yang mengalamai peningkatan status.
“Dari
23, tinggal tujuh lembaga yang masih dalam proses, insya Allah pada 2014 ini
tuntas semua,” kata Nur Syam seraya menyatakan pihaknya juga sedang memproses
alih status STAIMA menjadi Institut Agama Islam
Miftahul Huda Al-Alzhar (IAIMA) Kota Banjar.
Ketua STAIMA Kota Banjar KH Munawir Abdurrohim menjelaskan,
tahun ini pihaknya mewisuda 286 mahasiswa. “Selama sembilan tahun
berdiri, STAIMA sudah mencetak sekitar 700
sarjana yang tersebar di berbagai penjuru Tanah Air,” katanya.
Ia
pun berharap Ditjen Pendis Kemenag segera memproses proposal peningkatan
status STAIMA menjadi IAIMA.
“Kami sangat berterima kasih atas perhatian Pak Suryadharma Ali yang sangat
besar pada pembangunan lembaga pendidikan Islam,” ujarnya. Dia mencontohkan,
berkat dorongan Menag SDA, tahun ini pihaknya
mendapatkan bantuan gedung rusunawa senilai Rp 6 miliar dari Menteri Perumahan
Rakyat Djan Farid. (Yudhiarma/sk/mkd)
Sumber: www.kemenag.go.id
0 komentar :
Posting Komentar