Rabu, 26 Maret 2014

Menag: Sistem Pendidikan Agama Jangan Pincang

Banjar (Pinmas) —- Sistem pendidikan yang banyak diterapkan di lembaga edukasi agama masih “pincang”. Karena itu, Kementerian Agama (Kemenag) terus melakukan pembenahan agar ke depan para sarjana Muslim mampu menjawab tantangan zaman. 
“Jadi, jangan mendikotomikan ilmu umum dan agama. Karena, itu membuat system pendidikan kita menjadi ‘pincang’. Sebab, Al-Quran adalah sumber ilmu pengetahuan yang komprehensif yang tidak membeda-bedakan ilmu pengetahuan,” ujar Menteri Agama Suryadharma Ali (SDA)saat menghadiri wisuda mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Huda Al-Azhar (STAIMA), Kota Banjar, Jawa Barat, Selasa (25/3).
Hadir antara lain, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Prof Nur Syam, Kepala Kanwil Kemenag Jabar Saeroji, Koordinator Kopertais Wilayah II Jabar-Banten yang juga Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung  Prof Deddy Ismatullah, dan Ketua STAIMA Kota Banjar KH Munawir Abdurrohhim.
Menag  mengatakan, Kemenag tak henti berupaya meningkatkan status perguruan tinggi Islam, seperti dari sekolah tinggi menjadi institut, dan dari institut ke universitas.   
Seiring penambahan jumlah penduduk dan arus deras globalisasi, Menag mengingatkan lembaga pendidikan Islam agar mengoptimalkan kualitas. Dengan standar mutu yang baik, maka minat orang tua atau calon pelajar dan mahasiswa untuk menempuh studi di instutusi edukasi Islam juga meningkat.
“Beberapa tahun terakhir, mahasiswa yang mendaftar melalui sistem penerimaan mahasiswa baru (SPMB) naik drastis. Ini pertanda perguruan tinggi Islam semakin diminati masyarakat,” ujar mantan Menkop dan UKM ini.
Untuk mengantisipasi hal itu, tutur Menag, harus dibarengi peningkatan kamampuan lembaga pendidikan Islam melayani mereka bukan saja pada bidang studi agama, tetapi juga program studi (prodi) lainnya. “Kepercayaan ini tentu meningkatkan pemerataan akses yang menjadi salah satu pilarpembangunan pendidikan tinggi secara nasional,” ucap Menag.
Menurut Menag,  ketersediaan beragam pilihan bidang studi di lembaga pendidikan agama, pembukaan prodi umum yang terintegrasi dengan kajian keagamaan terutama di Universitas Islam Negeri (UIN), semakin mempersempit dikotomi keilmuan yang selama ini dirasakan masyarakat. “Pola integrasi ini pula yang menjadi ciri khas atau distingsi sekaligus competitive advantage perguruan agama Islam negeri (PTAIN) dibandingkan perguruan tinggi lain,” kata Menag.
Data Kemenag menyebutkan, ada 618 lembaga yang terdiri atas 53 PTAIN, dan 565 perguruan tinggi agama Islam swasta (PTAIS).  Dirjen Pendis Nur Syam menyebutkan, kini ada 23 institusi yang mengalamai peningkatan status. 
“Dari 23, tinggal tujuh lembaga yang masih dalam proses, insya Allah pada 2014 ini tuntas semua,” kata Nur Syam seraya menyatakan pihaknya juga sedang memproses alih status STAIMA menjadi Institut Agama Islam Miftahul Huda Al-Alzhar (IAIMA) Kota Banjar.
Ketua STAIMA Kota Banjar KH Munawir Abdurrohim menjelaskan, tahun ini pihaknya mewisuda 286 mahasiswa. “Selama sembilan tahun berdiri, STAIMA sudah mencetak sekitar 700 sarjana yang tersebar di berbagai penjuru Tanah Air,” katanya.
Ia pun berharap Ditjen Pendis Kemenag segera memproses proposal peningkatan status STAIMA menjadi IAIMA.  “Kami sangat berterima kasih atas perhatian Pak Suryadharma Ali yang sangat besar pada pembangunan lembaga pendidikan Islam,” ujarnya. Dia mencontohkan, berkat dorongan Menag SDA, tahun ini pihaknya mendapatkan bantuan gedung rusunawa senilai Rp 6 miliar dari Menteri Perumahan Rakyat Djan Farid. (Yudhiarma/sk/mkd)

Sumber: www.kemenag.go.id

0 komentar :

Posting Komentar